Tentang Sajak “Kami Bertiga”

dalam kamar ini kami bertiga:
aku, pisau, dan kata —
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya
tak peduli darahku atau darah kata

—Kami Bertiga; Sapardi Djoko Damono

Sajak itu termuat dalam Hujan Bulan Juni, sepilihan sajak Sapardi Djoko Damono, penerbit PT Grasindo.

Saya ga tau, dan ga akan pernah tau sebelum bertanya langsung pada penulisnya, apa makna yang terkandung dalam sajak itu. Tapi waktu pertama kali baca Kami Bertiga, pikiran saya liar kesana-kemari mencari-cari sesuatu yang tak tercari. Ada makna yang begitu dalam yang saya rasakan, entah apa itu. Satu kata beribu makna, begitu kata orang. Benar memang.

Ah, betapa kata dapat membuat kita terpukau dan terpaku di waktu yang sama.

untukmu, sayangku.

untukmu, sayangkuSeminggu yang lalu pas lagi blogwalking dan terdampar di blog ini, saya jadi kabita punya blog yang isinya cuma puisi. Kabita karena saya juga sebenernya suka bikin puisi dan puisi-puisi yang udah saya bikin biasanya menghilang entah kemana karena terpencar dan ga diarsipin. Kalo puisinya ditulis di blog bisa tersusun rapi dan terarsipkan dengan sendirinya, dengan nilai tambah lain: bisa dibaca sama orang 😀

Setelah klik sana sini akhirnya jadilah blog yang isinya cuma puisi itu. Blognya saya kasih judul “untukmu, sayangku” hehe.. jangan muntah ya. Kata si abah sih isinya jijay cenah tapi kata saya mah romantis :mrgreen: . Kapan-kapan pada maen kesana ya dan jangan lupa tinggalin jejak di shoutbox-nya.

Salam romantis!